RIBATH NURUL HIDAYAH

KUMPULAN HASIL BAHTSUL MASAIL

Kamis, 05 November 2009

Permasalahan Seputar Adzan, Sholat, dan Khotbah

1. Ada seorang yang bepergian jauh,di waktu dhuhur niat menjama’takhir sholat dhuhur dengan sholat ashar,tetapi pada waktu ashar dia sudah sampai di rumahdan belum melakukan sholat jama’.

Pertanyaan:

Bagaimana status sholat dhuhur tadi termasuk sholat jama’ atau qodlo?

Jawaban:

Sholat dhuhurnya termasuk qodlo.

Maraji’: (Fathul Wahab).

2. Sering kita temui seorang yang tidur setelah masuk waktu sholat dan bangun waktu sholat sudah habis.

Pertanyaan:

Bagaimana hukumnya tidurnya orang tersebut?

Jawaban:

Hukumnya haram kecuali dia yaqin bangun pada sa’at waktu solat belum habis.

Maraji’: (Al Jamal)

3. Bagaimana sikap ma’mum di waktu imam berdiri melakukan raka’at tambahan,seperti melakukan raka’at kelima?

Jawaban :

Bagi ma’mum yang mengetahui hal itu merupakan raka’at tambahan,tidak boleh mengikutinya,sekalipun ia ma’mum masbuq,melainkan wajib bagi ma’amum untuk mufaroqoh(memisah dari imam)dan salam sendiri atau menunggu salam bersama imam.Sedangkan bagi ma’mum yang tidak tahu itu raka’at tambahan dan dia mengikutinya maka solatnya tidak batal,bagi yang tahu itu rokaat tambahan dan mengikutinya maka solatnya batal.

Maraji’: (Fathul Muin Hamizy I’anah tholibin juz 11,43)

4. Sahkah sholatnya orang yang menoleh ke kiri di saat salam pertama?.

Jawaban: Sah

Maraji’: (Ibarot: AlBajuri I/158)

5. Bagaimana dengan orang selain makmum solat (imam/ munfarid) lupa tidak tertib dengan meninggalkan rukun misalnya sujud sebelum ruku atau ruku sebelum membaca AlFatihah?

Jawaban:

Jika ingatnya setelah melakukan rukun yang sama dengan yang ditinggalkan atau rukun setelahnya, maka wajib meneruskan solat dan menambah 1 rokaat. Jika ingatnya sebelum melaksanakan rukun yang sama dengan yang ditinggalkan, maka wajib mengulangi rukun yang ditinggalkan.

Maraji’: (Kitab: Sulamut Taufiq)

6. Syarat khutbah Jum’at memang harus dengan Bahasa Arab, namun melihat kenyataan kondisi masyarakat kita yang tidak dapat memahami Bahasa Arab dengan baik, sehingga sebagian besar khotib Jum’at menyisipkan khutbah Bahasa Indonesia di tengah-tengah khutbah Bahasa Arab tersebut. Yang menjadi pertanyaan saya, pantaskah atau bolehkah khutbah Jum’at memakai Bahasa Arab secara keseluruhan, padahal sebagaian besar jamaah adalah orang awam yang pasti tidak memahami Bahasa Arab?

Jawaban:

Khutbah Jum’at itu memang harus menggunakan Bahasa Arab, meski semua jamaahnya terdiri dari orang awam yang tidak mengerti artinya. Namun keharusan menggunakan Bahasa Arab itu dikhususkan pada rukun-rukun khutbah saja. Artinya, selain rukun khutbah, kita bisa memakai bahasa lain. Jadi, cara khutbah di komunitas kita yang paling bijak adalah khutbah dengan Bahasa Arab yang meliputi semua rukun-rukunnya, lalu diterangkan dengan menggunakan bahasa yang lebih bisa dimengerti oleh jamaah.

Maraji’: (Hamisy I’anah, II, 69).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar